Senin, 21 Juli 2014



Text Box:




1.      RUMAH ADAT TONGKONAN
            Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja. Terdiri dari tumpukan kayu yang dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkonan” berasal dari bahasa Toraja yang berarti tongkon ”duduk”. Selain rumah, Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja. Oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, Tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar. Tongkonan juga disebut-sebut mirip dengan rumah adat asal Sumatera Barat, yaitu rumah gadang.  Rumah adat inimasih ditinggali sebagai tempat beraktivitas sehari-hari.
            Dalam kisah lainnya, diceritakan ketika seorang Pemangku Adat bernama Londong di Rura (Ayam jantan dari Rura) berupaya menyatukan kelompok dengan menyelenggarakan Upacara Adat besar. Upacara itu dinamai MA’BUA tanpa melalui musyawarah adat dan upacara memotong babi. Kemudian Tuhan menjatuhkan laknat dan kutukan sehingga tempat upacara terbakar dan menjadi danau yang dapat disaksikan sekarang antara perjalanan dari Toraja ke Makassar (KM 75). Kemudian bercerai-berailah komunitas tersebut ada yang ke selatan dan ke arah utara.
            Sementara kelompok yang menuju ke utara sampai di sebuah tempat di kaki Gunung Kandora yang dinamakan Tondok Puan. Mereka mendirikan rumah adat tempat pertemuan dengan nama Banua Puan; artinya rumah yang berdiri di tempat yang bernama Puan. Kemudian dinamakan Tongkonan yang artinya Balai Musyawarah. Bangunan itu merupakan Tongkonan pertama di Toraja dan komunitas pertama yang terbentuk bernama To Tangdilino; artinya pemilik bumi yang diambil dari nama Pemangku Adat pertama (Pimpinan Komunitas To Lembang).

2.      BAGIAN-BAGIAN RUMAH ADAT
Secara teknis pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan, sehingga biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi. Digunakan sebagai pusat “pemerintahan”. Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal. Sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di tongkonan batu. Eksklusivitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang dapat pekerjaan menguntungkan di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu membangun tongkonan yang besar.
Jadi tongkonan bagi masyarakat Toraja lebih dari sekadar rumah adat. Dan setiap tongkonan terdiri dari; Tongkonan (rumah) dan Alang (lumbung) yang dianggap pasangan suami-istri. Deretan Tongkonan dan Alang saling berhadapan. Tongkonan menghadap ke utara dan Alang ke selatan. Halaman memanjang antara Tongkonan dan Alang disebut Uluba’bah.
Rumah adat Toraja, Tongkonan dibagi ke dalam 4 jenis. Pembagian ini didasarkan pada fungsi Tongkonan itu sendiri, yakni:
1.         Tongkonan Layuk, merupakan rumah dimana peraturan serta penyebarannya disusun.
2.         Tongkonan Pakamberan/Pakaindoran, merupakan rumah adat Toraja tempat dimana atura-aturan yang telah dibuat dilaksanakan. Umumnya, dalam suatu region, ada banyak Tongkonan Pakamberan yang keberadaannya di bawah Tongkonan Layuk.
3.         Tongkonan Batu A’riri, merupakan rumah dimana pertalian keluarga dijalin. Jadi di rumah ini tak ada aktifitas adat.
4.         Barung-barung, yakni tongkonan yang didiami oleh keluarga bangsawan atau semacam rumah pribadi. Jenis tongkonan ini diwariskan dari keluarga yang satu hingga generasi pelanjut berikutnya.
Rumah tongkonan memiliki tiga bagian di dalamnya, yaitu bagian utara, tengah, dan selatan. Tengalok, yaitu ruangan di bagian utara berfungsi sebagai ruang tamu dan tempat anak-anak tidur, serta tempat menaruh sesaji. Ruang sambung, yaitu ruangan sebelah utara merupakan ruangan untuk kepala keluarga namun juga dianggap sebagai sumber penyakit.  Ruangan yang terakhir, yaitu ruangan bagian tengah yang disebut Sali. Ruang ini berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, dapur, serta tempat meletakkan orang mati.




3.      DENAH RUMAH ADAT TONGKONAN
Denah:
1.      Tandok/Tangdo
Tandok terletak di bagian depan rumah tongkonan. Tandok digunakan sebagai tempat ruang tidur keluarga. Ruang ini terletak di utara karena pengawasan terhadap anggota keluarga lebih terjaga. Jendela pada ruang Tangdo berjumlah 2 buah yang menghadap utara. Peil lantai pada ruang Tangdo sama dengan ruang sumbung dan tidak terdapat ornament.
2.      Sali’
Sali’ terletak di bagian tengah rumah Tongkonan. Sali’ digunakan sebagai tempat untuk berkumpul dengan keluarga juga digunakan sebagai dapur dan tempat untuk membuat kerajinan tangan, wc, ruang persemayaman jenazah. Yang diperbolehkan masuk hanya kerabat dekat dari keluarga dan tetua-tetua adat. Peletakkan pintu masuk di sebelah utara atau timur karena nenek moyang mereka berasal/datang dari utara, juga arah angina yang datang selalu dari arah utara, utara mempunyai arti kebaikan. Pintu yang terletak di sebelah timur mempunyai arti kebahagiaan dan keceriaan disesuaikan dengan arah terbitnya matahari, dari sebelah timur.
3.      Sumbung
Sumbu terletak di bagian belakang rumah Tongkonan. Biasanya Sumbu digunakan sebagai tempat tidur orang tua dan anak-anak yang masih menyusui serta anak-anak gadis, dan tempat menyimpan alat-alat serta harta pusaka. Peil lantai ditinggikan menandakan  bahwa penghuni Tongkonan mempunyai kekuasaan dan derajat yang tinggi pada wilayah tersebut. Sumbung berada di selatan karena anak gasi dan anak yang masih kecil perlu pengawasan yang ketat, dengan perlindungan dari anak laki-laki yang bertempat di Tangdo dan orang tua.




Description: Image

4.      KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL TORAJA
Rumah bagi masyarakat toraja yang lebih di kenal dengan tongkonan, tidak sekedar tempat bernaung beristirahat dan makan minum bersama keluarga tetapi lebih dari itu rumah merupakan tempat untuk menyeimbangkan kehidupan fisik dan rohani, menyelaraskan hubungan horisontal penguasa alam dan vertikal sesama manusia dan alam lingkungan sekaligus tempat reuni mereka yang sesekali mengadakan pertemuan antara keluarga di dalam satu marga karenanya masyarakat tanah toraja didalam membangun rumah tradisional mengacu pada kearifan budaya lokal (kosmologi) yang terdapat pada empat konsep sebagai berikut:
  • Konsep ‘pusar’ atau pusat rumah sebagai paduan antara kosmologi dan simbolisme.
  • Dalam perspektif kosmologi, rumah merupakan mikrokosmos bagian dari lingkungan makrokosmos.
  • Pusat rumah meraga sebagai perapian di tengah rumah, atau atap menjulang menaungi ruang tengah rumah asap dan atap menyatu dengan father sky.
  • Pusat rumah juga meraga sebagai tiang utama, seperti aqriri possi di toraja, possi bola di bugis, pocci balla di makassar, tiang menyatu dengan mother earth.
Pada masyarakat toraja dalam kehidupannya juga mengenal filosofi aluq aqpa otoqna yaitu empat dasar pandangan hidup: kehidupan manusia kehidupan leluhur “to doloq” kemuliaan tuhan adat dan kebudayaan keempat filosofi ini menjadi dasar terbentuknya denah rumah toraja empat persegi panjang dengan dibatasi dinding yang melambangkan “badan” atau kekuasaan dalam kehidupan masyarakat toraja lebih di percayai akan kekuatan sendiri, “egocentrum”. Hal ini yang tercermin pada konsep arsitektur rumah mereka dengan ruang-ruang agak tertutup dengan “bukaan” yang sempit. Selain itu konsep arsitektur tradisional toraja banyak dipengaruhi dengan etos budaya “simuane tallang” atau filosofi harmonisasi dua belahan bambu yang saling terselungkup sebagaimana cara pemasangan belahan bambu pada atap rumah adat dan lumbung. Harmonisasi didapati dalam konsep arsitektur tongkonan yang menginteraksikan secara keseluruhan komponen tongkonan seperti: rumah, lumbung, sawah, kombong, rante dan liang, di dalam satu sistem kehidupan dan penghidupan orang toraja didalam area tongkoan.
Tata letak rumah tongkonan berorientasi utara selatan, bagian depan rumah harus berorientasi utara atau arah puang matua ulunna langiq dan bagian belakang rumah ke selatan atau arah tempat roh-roh polloqna langiq. Sedangkan kedua arah mata angin lainnya mempunyai arti kehidupan dan pemeliharaan, pada arah timur di mana para DealDewata memelihara dunia beserta isinya ciptaan puang matua untuk memberi kehidupan bagi manusia, dan arah barat adalah tempat bersemayam To Membali Puang atau tempat para leluhur To doloq atau selalu ada keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.
Bagi Suku Toraja, arah mata angin memang sakral. Mereka percaya bahwa bagian utara merupaka kepala atau yang dikenal dengan istilah Ulunna Langi, yakni kepala langit dimana Puang Matua atau tuhan berada. Adapun bagian Timur yang disebut MataAllo merupakan titik energi dimana matahari muncul. Timur ini dikenal juga sebagai sumber kebahagiaan pun kehidupan. Sementara itu bagian Barat atau yang dikenal dengan nama Matampu adalah tempat matahari terbenam. Bagi Suku Toraja, arah ini merupakan lawan dari kehidupan. Ia dianggap titik kematian juga kesusahan. Terakhir adalah arah selatan yang dikenal juga dengan nama Pollo’na Langi atau pantat langit. Ia merupaka lawan arah dari tempat Puang Matoa berdiam. Oleh sebab itu selatan bagi Suku Toraja merupakan sumber hal-hal yang tak baik atau juga angkara murka.
Dalam pembangunan rumah adat Tongkonan ada hal-hal yang harus diperhatikan dan tidak boleh untuk di langgar, yaitu:
1)      Rumah diharuskan menghadap ke utara, letak pintu di bagian depan rumah, dengan keyakinan langit dan bumi itu merupakan satu kesatuan, dan bumi dibagi kedalam 4 penjuru mata angin, yaitu:
2)      Utara disebut Ulunna langi, yang paling mulia di mana Puang Matua berada (keyakinan masyarakat Toraja).
3)      Timur disebut Matallo, tempat matahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau kehidupan.
4)      Barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam, lawan dari kebahagiaan atau kehidupan, yaitu kesusahan atau kematian.
5)      Selatan disebut Pollo’na langi, sebagai lawan bagian yang mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik atau angkara murka.

5.      BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK RUMAH ADAT TONGKONAN TORAJA
Rumah adat Toraja atau yang lebih dikenal dengan nama Tongkonan merupakan wadah atau tempat berkumpulnya para kaum bangsawan Toraja, berkumpul dan membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan adat. Secara harfiah Tongkonan berarti tempat duduk. Tulisan ini bermaksud untuk menerangkan beberapa hal sehubungan denganbentuk dan makna simbolik rumah adat tongkonan di Tana Toraja.
Sesuai dengan namanya, pemberian nama suatu tongkonan berdasarkan letak atau posisi tongkonan itu sendiri, seperti Tongkonan Belo Langi yang berarti tongkonan tempat tertinggi, juga berdasar pada nama daerah seperti Tongkonan Garampa dan arti khusus yang melekat pada tongkonan tersebut seperti Tongkonan Merbali. Adanya perbedaan struktur dari ketiga tongkonan tersebut semata-mata disebabkan karena pertimbangan banyak tidaknya ruangan dari suatu bangunan.
Perbedaan jumlah ruangan suatu tongkonan mengandung makna sosial dan ekonomi yaitu semakin banyak ruangannya semakin tinggi kedudukan tongkonan tersebut. Posisi atau letak tangga dan pintu tongkonan disesuaikan dengan konsep kepercayaan masyarakat Toraja yaitu Aluk Todolo. Pada dasarnya pola hias pada ketiga tongkonan tersebut pada umumnya banyak mengandung makna sosial, ekonomi dan religius magis terutama yang berhubungan dengan realitas kehidupan pada masyarakat Toraja.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHabngRGlkpHFkbYoKxIcwuQz8v06GjSubkyg75_WMkSGs-0lpL51MzlJic0u1ylhzYCwJ5m9OJDs5_5JyISGwjT2GprlYYO1IEZB9L542wkJxQahf1pAfnU8XSwc3-YvWh33MXuzSa_6B/s400/BVstfQpCMAIlCk5.jpg

6.      STRUKTUR, FAÇADE DAN BAHAN BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL
Rumah adat ini merupakan rumah panggung dengan konstruksi rangka kayu. Bangunannya terdiri atas 3 bagian, yaitu ulu banua (atap rumah), kalle banua (badan rumah), dan sulluk banua (kaki rumah). Bentuknya persegi karena sebagai mikro kosmos rumah terikat pada 4 penjuru mata angin dengan 4 nilai ritual tertentu. Tongkonan harus menghadap ke utara agar kepala rumah berhimpit dengan kepala langit (ulunna langi’) sebagai sumber kebahagiaan.
Jika diamati, Tongkonan hampir serupa dengan rumah adat Sumatera Utara. Ia juga memiliki atap yang tinggi menjulang ke langit. Suku Toraja juga menghias atap tersebut dengan tanduk kerbau. Kerbau memang perlambang kebangsawanan Suku Toraja dan Suku Batak.


Description: http://indonesia.travel/public/media/images/upload/poi/Tongkonan%20%28Resize%29%20%284%29.jpg


Adapun sisi barat juga timur dari Tongkonan dilengkapi dengan jendela kecil. Ia merupakan celah tempat cahaya matahari bertamu. Jika Anda jeli memperhatika, ukiran kayu pada rumah Tongkonan Suku Toraja juga hampir serupa dengan rumah adat suku Batak. Elemen warna juga kurang lebih sama. Karena corak budaya yang mirip inilah sehingga banyak tafsir sejarah yang berpendapat bahwa Suku Toraja dan Suku Batak berkerabat dekat.
Hal lain yang juga sama adalah tata letak rumah adat, baik Toraja maupun Batak memiliki rambu-rambu tersendiri dalam menentukan letak rumah adat mereka. Untuk Tongkonan, hal yang mengikat dan tak boleh dilanggar adalah rumah dibangun haruslah menghadap ke utara. Adapun letak pintu ada pada bagian depan rumah.
·         Pondasi:
Pada umumnya sistem struktur yang dipakai untuk bangunan Tongkonan adalah sistem konstruksi pasak (knock down). Yaitu teknik konstruksi yang menggunakan sistem sambungan tanpa paku dan alat penyambung selain kayu. Bahan pondasi sendiri terbuat dari batu gunung


Description: Image


·         Kolom/Tiang A’riri:
Terbuat dari kayu uru,bentuk kolom persegi empat. Selain itu, digunakan juga kayu nibung agar tikus tidak dapat naik ke atas, karena serat dari kayu ini sangat keras dan sapat sehingga terlihat licin. Kolom disisi barat dan timur jaraknya rapat dan berjumlah banyak, agar kuat menampung orang-orang yang datang saat upacara kematian.
Description: Image
·         Balok:
Seperti sloof, yaitu sebagai pengikat antara kolom-kolom sehingga tidak terjadi pergeseran tiang dengan pondasi. Hubungan balok dengan kolom disambung dengan pasak yang terbuat dari kayu uru.
Description: Image
·         Lantai:
Terbuat dari bahan papan kayu uru yang disusun di atas pembalokan lantai. Disusun pada arah memanjang sejajar balok utama. Sedangkan untuk alang terbuat dari kayu banga.
·         Dinding:
Dinding disusun satu sama lain dengan sambungan pada sisi-sisi papan dengan pengikat utama yang dinamakan Sambo Rinding. Fungsinya sebagai rangka dinding yang memikul beban. Pada dinding dalam , tidak terdapat ornamen-ornamen, hanya dibuat pada bagian luar bangunan.
Description: Image
·         Tangga: 
Tangga Rumah Tongkonan terletak dibagian samping rumah, menuju pada pintu masuk atau terletak di bagian tengah rumah menuju langsung ruang tengah atau Sali. Tangga menggunakan kayu uru, yaitu sejenis kayu lokal yang berasal dari Sulawesi.
Description: Image
·         Pintu:
Pintu rumah Tongkonan nampak dihiasi dengan beberapa motif ukiran. Salah satu motif pada gambar pintu rumah tersebut adalah motif Pa’ Tedong. Ukiran yang melambangkan kemakmuran. Sebagai pegangan, di pintu ditempatkan ekor kerbau yang dipotong hingga pangkal ekor dan telah dikeringkan. Memasuki rumah adat ini mempunyai cara tertentu yaitu pintu masuk harus diketuk dengan membenturkan kepala perlahan lahan.
Description: Image
·         Jendela:
Jendela pada rumah Tongkonan umumnya terdapat 8 buah. Masing-masing di setiap arah mata angin terdapat 2 jendela. Fungsinya adalah sebagai tempat masuknya aliran angin dan cahaya matahari dari berbagai arah mata angin.
·         Atap:
Atapnya melengkung menyerupai perahu (merupakan pengaruh budaya Cina) terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng) dan diatasnya dilapisi ijuk hitam. Terbuat dari bambu pilihan yang disusun tumpang tindih dengan dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh rotan/tali bambu.
Description: Image
Pada umumnya system struktur yang dipakai untuk bangunan Tongkonan adalah system konstruksi pasak (knock down).
Beberapa keistimewaan Tongkonan Ke’te Kesu’ adalah:
o   Katik, bagian depan bentuknya agak berbeda yaitu bentuknya panjang dan ramping.
o   Sedangkan tiang kolom, untuk tongkonan yang tertua berjumlah 7 buah, berjajar pada bagian lebar bangunan. Tiang kolom pada alang seluruhnya berjumlah 8 buah, dengan 2 kolom berjajar pada bagian lebar bangunan dan 4 kolom kea rah belakang/bagian panjang bangunan.
o   Bangunan/Tongkonan yang tertua mempunyai struktur bangunan yang lebih rendah daripada tongkonan yang baru dengan bentuk tiang kolom empat persegi.

Bentuk dari Tongkonan dapat dibagi menjadi :
a.       Bagian kolong rumah (sulluk banua)
v  Pondasi : pondasi yang digunakan adalah dari batu gunung, diletakkan bebas di bawah Tongkonan tanpa pengikat antara tanah, kolom dan pondasi itu sendiri.
v  Kolom/tiang (a’riri) : tiang terbuat dari kayu Uru, sedangkan untuk alang digunakan kayu nibung, sejenis pohon palem, bentuk kolomnya persegi empat. Pada alang bentuknya adalah bulat. Perbedaan bentuk tersebut menunjukkan perbedaan dari fungsi bangunan, yaitu Tongkonan untuk manusia, sedangkan alang untuk padi. Penggunaan kayu nibung dimaksudkan agar tikus tidak dapat naik ke atas, karena kayu ini sangat keras dan sapat sehingga terlihat licin.
v  Balok : sebagai pengikat antara kolom-kolom diguanakan balok-balok dengan fungsi seperti sloof, yang dapat mencegah terjadinya pergeseran tiang dengan pondasi. Hubungan balok dengan kolom digunakan sambungan pasak, disini tidak dipergunakan sambungan paku/baut. Bahan yang digunakan adalah kayu uru. Jumlah baloknya ada 3 buah, sedangkan pada alang hanya 1 buah, yaitu sebagai pengikat pada bagian bawah. Tangga menggunakan kayu uru.
b.      Bagian Badan Rumah
v  lantai : pada tongkonan terbuat dari papan kayu uru yang disusun di atas pembalokan lantai. Disusunnya pada arah memanjang sejajar balok utama. Sedangkan untuk alang terbuat dari kayu banga.
v  Dinding : pada tongkonan dinding disusun satu sama lain dengan sambungan pada sisi-sisi papan dengan pengikat utama yang dinamakan Sombo Rinding. Dinding yang berfungsi sebagai rangka menggunakan kayu uru atau kayu kecapi. Sedangkan dinding pengisinya menggunakan kayu enau.
c.       Bagian Kepala
v  Atap : pada Tongkonan terbuat dari bambu-bambu pilihan yang disusun tumpang tindih yang dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh tali rotan. Fungsi dari susunan demikian adalah untuk mencegah masuknya air hujan melalui celah-celahnya. Fungsi lain adalah sebagai ventilasi, karena pada Tongkonan tidak terdapat celah pada dindingnya. Susunan bambu di taruh di atas kaso yang terdapat pada rangka atap. Susunan tampak (overstek) minimal 3 lapis, maximal 7 lapis, setelah itu disusun atap dengan banyak lapis yang tidak ditentukan, hanya mengikuti bentuk rangka atap sehingga membentuk seperti perahu. Fungsi dari Tolak Somba adalah untuk menunjang atau menopang agar longa tidak runtuh/turun. Sangkinan Longa adalah sebagai keseimbangan dari Longa. Semakin panjang Longanya maka jumlah Sangkinan Longanya pun semakin banyak.
v  Dinding : susunannya seperti dinding pada bagian kepala badan.




Description: Image

Model Rumah Adat Tongkonan


7.      JENIS ORNAMEN, WARNA, UKIRAN DI TORAJA DAN MAKNANYA
Motif-motif ornamen pada bangunan Toraja mengambil bentuk-bentuk dasar : hewan, tumbuhan dan benda langit.
Motif hewan melambangkan kekuatan dan kekuasaan, contoh :
·         Ayam jantan : berkokok jam 5 pagi melambangkan kehidupan
·         Kepala kerbau : menunjukkan prinsip yang kokoh.

Motif tumbuhan melambangkan kemakmuran, contoh :
·         Lumut : menandakan sawah sebagai sumber kehidupan.

Motif benda langit melambangkan kekuasaan Tuhan, contoh :
·         Matahari : sebagai sumber cahaya (terang) dalam kehidupan.

Sedangkan warna dasar (kasemba) terdiri dari 4 warna, yaitu :
·         Merah : berani berkorban.
·         Kuning : keagungan.
·         Hitam : berani berbuat baik.
·         Putih : mandiri.

Jumlah motif ornament yang umum digunakan sekarang kurang lebih 74 jenis, karena motif-motif yang lain dianggap terlalu berat untuk digunakan/diamalkan. Contoh : Pa Kadang Sepru (beras) melambangkan putusnya hubungan kekerabatan.
Umumnya bangunan tradisional Toraja seperti rumah adat Tongkonan memiliki banyak ragam ukiran-ukiran yang menggambarkan simbol-simbol dari benda yang ada di sekitar hidup dan kehidupan manusia. seperti benda-benda langit, hewan dan tumbuhan baik yang hidup di darat ataupun di dalam air juga benda-benda berharga yang ada pada tongkonan.
Dari seluruh ragam ukiran yang terdapat pada rumah tongkonan, lumbung dan erong, ada 4 dasar ukiran atau dalam bahasa toraja disebut sebagai garonto' passura' diantaranya:
Pa' tedong, merupakan lambang tulang punggung kehidupan dan kemakmuran.
Pa' barre Allo, Lambang dari sumber kehidupan yang berasal dari sang pencipta.
Pa' Manuk Londong, melambangkan adanya aturan atau norma hukum (adat) dan kepemimpinan. Pa' Sussu', melambangkan bentuk kesatuan masyarakat yang demokratis dan kebijakan untuk penentuan dasar-dasar kehidupan. Garonto' Passura' tersebut harus ada pada tongkonan utama atau tongkonan yang menjadi induk dari beberapa tongkonan yang lain dalam bahasa toraja disebut sebagai Tongkonan Layuk atau Tongkonan Pekaindoran. Dahulu ukiran dan pewarnaan dikerjakan sebelum dipasang (di pabendan) namun dalam perkembangannya saat sekarang ini pengukiran dan pewarnaan dapat dikerjakan setelah konstruksi selesai. sedangkan bahan pewarnaan ukirannya sampai sekarang masih ada yang menggunakan tanah (litak) yang memiliki warna kuning, merah, dan orange yang diambil dari berbagai tempat di toraja yang memiliki warna tanah tersebut.  Meskipun kini pengaruh ukiran jawa dan bali telah merambah kesemua pelosok nusantara bahkan dunia termasuk Tana Toraja tetapi tidak mempengaruhi ukiran pada rumah adatnya. Perkembangan yang ada hanyalah pada variasi setiap jenis ukiran. sehingga sampai pada saat ini sudah terdapat sekitar 125 jenis ukiran-ukiran Toraja yang memiliki arti dan makna masing-masing.
Berikut ini beberapa jenis ukiran yang banyak dijumpai pada Rumah adat Tana Toraja (Tongkonan) ataupun pada Lumbung (Alang):

a.      PA' BARRE ALLO
 Barre = Terbit / Bulat
Allo = Matahari
Ukiran yang menyerupai bulatan matahari, jenis ukiran ini banyak ditemukan pada bagian muka dan belakang rumah adat Toraja pada papan bagian atas berbentuk segi tiga (Para Longa). Biasanya diatas ukiran Pa' Barre Allo diletakkan ukiran Pa' Manuk Londong.
Makna dari ukiran ini adalah: Percaya bahwa sumber kehidupan dan segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari Puang Matua (Tuhan Yang Maha Esa), selain itu pemilik tongkonan mempunyai kedudukan yang tertinggi dan mulia.








Description: http://3.bp.blogspot.com/-jERz1w07qAk/UPVlO__btPI/AAAAAAAAAKU/_kfCKifqjp8/s320/BARREALLO.JPG

Pa' Barre Allo

b.      PA' MANUK LONDONG
Manuk = Ayam
Londong = Jantan
Pa' manuk londong adalah ukiran berupa ayam jantan, biasanya terdapat pada bagian muka dan belakang rumah adat Toraja pada papan atas berbentuk segitiga. biasanya ukiran ayam jantan diletakkan di atas ukiran pa' barre allo. Makna dari ukiran ini adalah: Melambangkan kepemimpinan yang arif dan bijaksana, dapat dipercaya oleh karna pintar, pemahaman dan intuisinya tepat serta selalu mengatakan apa yang benar (Manarang ussuka' bongi ungkararoi malillin).




Description: http://4.bp.blogspot.com/-7p7J7_YSCq4/UPVpxT8k5GI/AAAAAAAAAKk/mrHMaVETQVM/s320/Pa%2527+manuk+londong.JPG


Pa' Manuk Londong

c.       PA' TEDONG
Tedong = Kerbau
Ukiran ini biasanya dilukiskan pada papan besar teratas (Indo' Para) dan pada dinding-dinding penyanggah badan rumah (Manangga banua). bagi masyarakat toraja kerbau adalah hewan paling tinggi nilai dan statusnya, untuk itu bagi masyarakat toraja kerbau dijadikan standar / ukuran dari semua harta kekayaan. Makna dari ukiran ini adalah: Ukiran ini bermakna sebagai lambang kesejahteraan dan kekayaan bagi masyarakat toraja, selain itu ukiran ini juga melambangkan kebangsawanan.







Description: http://3.bp.blogspot.com/-_-kAmqsA3y8/UPVu6YmRoOI/AAAAAAAAAK0/raBd-ztUCUY/s320/Pa%2527+tedong.JPG

Pa' Tedong

d.      PA' DOTI LANGI'
Doti = Ilmu (hitam)
Doti = Saleko (tedong saleko) / Kerbau belang
Doti = Baik = Cantik
Langi' = Langit
Ukiran ini berupa palang yang berjejer-jejer dan ditengah-tengah ada semacam bintang bersinar seperti bintang di atas langit. Makna dari ukiran ini adalah: Kepintaran / prestasi yang tinggi, kearifan dan ketenangan, juga mempunyai cita-cita yang tinggi pemikiran yang jauh cemerlang kedepan, bisa juga berarti wanita bangsawan, mempunyai kasta tinggi.



Description: http://4.bp.blogspot.com/-fZMZR6XgJ9Y/UPV2K-OEaBI/AAAAAAAAALE/EvuklLUuauM/s320/Pa%2527+doti+langi%2527.JPG

Pa' Doti Langi'

e.       PA' KAPU' BAKA
Kapu' = Ikat
Baka = Bakul
Kapu' Baka = Pengikat bakul tampat menyimpan harta kekayaan rumah.
Pa' kapu' baka adalah ukiran yang menyerupai simpulan-simpulan penutup bakul (baka) baka bua dalam bahasa toraja adalah merupakan tempat untuk menyimpan harta bagi orang-orang tua jaman dahulu, sebelum ada peti, lemari, atau koper. simpulan-simpulan dari tali ini benar-benar rapih sehinggah ujung simpulan dari tali tidak kelihatan dan jika simpul telah berubah berarti ada yang telah mengambil sesuatu dari dalam bakul itu, Makna dari ukiran ini adalah: Melambangkan kekayaan dan kebangsawanan, simpul rahasia melambangkan pemilik rumah memiliki pola kepemimpinan dan sukar ditiru oleh orang lain, selain itu juga pandai dalam memelihara rahasia keluarga.



Description: http://1.bp.blogspot.com/-nDDmpNj31a8/UPV7OHkwo7I/AAAAAAAAALU/RW7rEiWd-aw/s320/Pa%27+kapu%27+baka.JPG

Pa' Kapu' Baka

f.       PA' ULU KARUA
Ulu = Kepala
Karua = Delapan (8)
Menurut mitos orang toraja, dahulu kala ada delapan leluhur dari orang toraja yang masing-masing menurunkan ilmu dan pengetahuan menyangkut kehidupan manusia dan dunianya. kedelapan orang inilah yang merupakan penemu (pencipta) ilmu pangetahuan yang diturunkan kepada anak cucu turun-temurun. ilmu dan keterampilan inilah yang dikembangkan manusia dari masa-kemasa hingga pada saat ini antara lain: to sikambi' lolo tau (Ilmu kesehatan dan para medis), To sikambi' lolo tananan (Ilmu tumbuh-tumbuhan / pertanian), to sikambi' to manarang (Ilmu Teknik), dll. Pa' ulu karua juga berarti bahwa orang yang mempunyai kemampuan untuk berbaur dengan orang lain. Makna dari ukiran ini adalah: diharapkan dalam keluarga muncul orang (anggota keluarga) yang memiliki ilmu yang tinggi untuk kepentingan keluarga dan masyarakat.


Description: http://1.bp.blogspot.com/-t2weAdpSrL8/UPV-2Mr9sNI/AAAAAAAAALk/R1k_K3WAlTA/s320/pa%27+ulu+karua.JPG

Pa' Ulu Karua

g.      PA' ULU GAYANG
Ulu = Kepala
Gayang = Keris Emas
Pa' ulu gayang adalah ukiran yang menyerupai kapala (tangkai) keris emas. jadi merupakan bagian dari pada keris emas (gayang / gaang) Makna dari ukiran ini adalah: Oleh karna ulu gayang adalah bagian dari gayang (keris emas) maka makna dari ukiran ini sama dengan makna ukiran pa'gayang yaitu malambangkan laki-laki yang mulia, kaya, bijak dan dari golongan bangsawan.





Description: http://3.bp.blogspot.com/-j_0cAIrXnow/UPWBZh2N0sI/AAAAAAAAAL0/1KcOmDHCUU8/s320/pa%27+ulu+gayang.jpg

Pa' Ulu Gayang

h.      PA' BOMBO UAI
Bombo uai = anggang-angang
Pa' bombo uai adalah ukiran yang menyerupai binatang air (anggang anggang) yang dapat bergerak menitih air dengan halus dan sangat cepat. Makna dari ukiran ini adalah: Pintar-pintarlah menitih kehidupan ini dalam hal ini adalah lincah, cekatan, cepat, dan tepat. selain itu ukiran ini juga berarti manusia harus mempunyai keterampilan dan kemampuan yang cukup dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.







Description: http://4.bp.blogspot.com/-22EhBxbvlKs/UPWEWT4gsWI/AAAAAAAAAME/F6lndC-GnSY/s320/Pa%27+bombo+uai.JPG

Pa' Bombo Uai

i.        PA' BULU LONDONG
Bulu = Bulu
Londong = Jantan
Ukiran ini menyerupai rumbai ayam jantan. ada pepatah mengatakan: ayam dikenal karna tingkah lakunya. pada ukiran Pa' manuk londong telah dijelaskan tentang arti dan makna Londong (ayam jantan). Pa' bulu londong biasanya di garunggang atau diukir tembus.
Makna dari ukiran ini adalah: Bulu rumbai manghiasi ayam jantan demikian pula keperkasaan dan kewibawaan menyertai seorang pemimpin dan lelaki pemberani.








Description: http://3.bp.blogspot.com/-sdKWPlqxgkg/UPWHUb53W1I/AAAAAAAAAMU/oDlZkL2QdVE/s400/Pa%27+bulu+londong.JPG

Pa' Bulu Londong

j.        PA' DAUN PARIA
Paria = sayur paria atau Pare


Description: http://3.bp.blogspot.com/--3FxrvNmteQ/UPWKIkjpnoI/AAAAAAAAAMk/rwhGYEyXTxY/s320/pa%27+daun+paria.JPG

Kita tau bahwa paria ini merupakan tanaman yang pahit. baik buah dan daun dapat dijadikan sayur-sayuran dan obat-obatan seperti obat batuk, atau malaria.
Makna dari ukiran ini adalah: kadang sesuatu yang pahit itu adalah obat yang dapat menyembuhkan. seperti teguran atau nasehat yang harus diterima walau menyakitkan namun akan membawa kebaikan.

Pa' Daun Paria
8.      SISTEM PEMERINTAHAN DAN ADAT ISTIADAT
Sistem pemerintahan yang dikenal di Toraja waktu dulu adalah sistim federasi. Daerah Toraja dibagi menjadi 5 daerah yang terdiri atas :
1.       Makale
2.       Sangala
3.       Rantepao
4.       Mengkendek
5.       Toraja Barat.
Daerah-daerah Makale, Sangala dan Mengkendek dipimpin masing-masing oleh seorang bangsawan yang bernama PUANG. Daerah Rantepao dipimpin oleh bangsawan yang bernama PARENGI, sedangkan daerah Toraja Barat dipimpin oleh bangsawan bernama MA'DIKA.
 Ada semacam perbedaan yang sangat menyolok antara daerah yang dipimpin oleh PUANG dengan daerah yg dipimpin oleh PARENGI dan MA'DIKA didalam menentukan lapisan sosial yang terdapat didalam masyarakat. Pada daerah yang dipimpin oleh PUANG masyarakat biasa tidak akan dapat menjadi PUANG, sedangkan pada daerah Rantepao dan Toraja Barat masyarakat biasa dapat saja mencapai kedudukan PARENGI atau MA'DIKA kalau dia pandai. Hal inilah mungkin yang menyebabkan daerah Rantepao bisa berkembang lebih cepat dibandingkan perkembangan yang terjadi di Makale.
 Kepercayaan, kepercayaan di Tana Toraja dikenal pembagian kasta seperti yang terdapat didalam Agama Hindu-Bali. Karena itulah sebabnya kepercayaan asli suku Toraja yaitu ALUKTA ditetapkan pemerintah menjadi salah satu sekte dalam agama Hindu-Bali. Kelas atau kasta ini dibagi menjadi  4:
1.       Kasta Tana' Bulaan
2.       Kasta Tana' Bassi
3.       Kasta Tana’Karurung
4.       Kasta Tana' Kua-kua

Adat Istiadat, adat istiadat diToraja sangat dikenal dengan upacara adatnya. Didalam menjalankan upacara dikenal 2 macam pembagian yaitu:



Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy2rVYcRuzhyphenhyphenruV6HvfhGv3q-xzQLZ2z3MsyuoQeT4BTuD2CzH-XftN6W1iYf6-TJfvCQiUCCNFyXwv0z0uk4cBLARgQT0oAICJZ_NBIJ6PCWXMJxAb9eUhMLA1p53BhfOfP6zf4lMSoaz/s320/edit.jpg


Upacara kedukaan disebut Rambu Solok
Upacara ini meiiputi 7 tahapan, yaitu :
1.       Rapasan
2.       Barata Kendek
3.       Todi Balang
4.       Todi Rondon
5.       Todi Sangoloi
6.       Di Silli
7.       Todi Tanaan

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTYhjbvT-mhuTrkpT6H3cd-A7ovlWie7XxjDluFtKQfEq-TsJOkxTWeu2sxi_MBZJ2Nb_PXTPYtf11pbsvLcyO14LceYQj24bD9bblIQ_9tFtgDfqrCPoKueWtwo4SB7ew_93dWIN2xrF2/s400/e.jpg

Upacara kegembiraan disebut Rambu Tuka
Upacara ini juga meliputi 7 tahapan, yaitu:
1.       Tananan Bua’
2.       Tokonan Tedong
3.        Batemanurun
4.       Surasan Tallang
5.       Remesan Para
6.       Tangkean Suru
7.       Kapuran Pangugan
Adat istiadat yang ada sejak dulu tetap dijalankan sekarang, karena mayoritas penduduk suku Toraja masih memegang teguh kepercayaan nenek moyangnya (60 %). Hal ini terutama pada adat yang berpokok pangkal dari upacara adat Rambu Solok dan Rambu Tuka. Dua pokok inilah yang merangkaikan upacara-upacara adat yang masih dilakukan dan cukup terkenal.
9.      PERKEMBANGAN RUMAH ADAT TORAJA ATAU TONGKONAN
Rumah Adat Suku Toraja mengalami perkembangan terus menerus sampai kepada rumah yang dikenal sekarang ini. Perkembangan itu meliputi penggunaan ruangan, pemakaian bahan, bentuk, sampai cara membangun. Sampai pada keadaannya yang sekarang rumah adat suku Toraja berhenti dalam proses perkembangan. Walaupun mengalami perkembangan terus menerus, tetapi rumah adat Toraja atau Tongkonan tetap mempunyai ciri yang khas. Ciri ini terjadi karena pengaruh dari lingkungan hidup dan adat istiadat suku Toraja sendiri. Seperti halnya rumah adat suku-suku lain di Indonesia yang umumnya dibedakan kare­na bentuk atapnya, rumah adat Toraja inipun mempunyai bentuk atap yang khas. Memang mirip dengan rumah adat suku Batak, tetapi meskipun begitu rumah adat suku Toraja tetap memiliki ciri-ciri tersendiri.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLq5PBhgRpV9HAAUPxRY0QLOV-GuIAYOFtgA6Uk7MJsIyqAY57gae09_O5coNRG0JbS42OigJgD3ceDZ_KCOxbxuM1jZQFTSbw9orXUdGuLIYc5a2kxKr8oHmhSB4BSlDmVYo8ixTUNZ20/s1600/1.jpg

Pada mulanya rumah yang didirikan masih berupa semacam pondok yang diberi nama Lantang Tolumio. Ini masih berupa atap yang disangga dangan dua tiang + dinding tebing.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoDesaWG-7ZO7TwTMVqRw5K0hSVDQ5fSHyWMM_UirTkSH4FHvRy5hNCQGbR72AN8fmvdW4wQT6i-HygfdhotZzwxKqsA_Lxyu9LtuHRFtgqp9CElHBTunIt0miKmi-zqxjFly_BIUoKD05/s1600/2.jpg

Bentuk kedua dinamakan Pandoko Dena. Bentuk ini biasa disebut pondok pipit karena letak-nya yang diatas pohon. Pada prinsipnya rumah ini dibuat atas 4 pohon yang berdekatan dan berfungsi sebagai tiang. Hal pemindahan tempat ini mungkin disebabkan adanya gangguan binatang buas.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKcF_crSQUiFljBkZRmLV5PPiGGenRKD4VP8LxENgVjo54QCZrgzj1KwdWcrc8wJu3SiPlpnA7n0ICx06oE1DDnfE40unRALsMCUtlQJfMGsYMH3MM17iwA2F5gW5yzBi89_TVbCfbJ88G/s1600/3.jpg

Perkembangan ketiga ialah ditandai dengan mulainya pemakaian tiang buatan. Bentuk ini memakai 2 tiang yang berupa pohon hidup dan 1 tiang buatan. Mungkin ini disebabkan oleh sukarnya mencari 4 buah pohon yang berdekatan. Bentuk ini disebut Re'neba Longtongapa.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ52spaC_DjAq5pzlvrptC2b0ldSRN7E1xI-G5ikT_c_Mbg8OwTOrRd0uLkEFcIOcO7zk0pNuhALxbQeJ-Szte8TdAnDp_AeU3nuEO4gKwuXkk3sSfs5ndREAGaO8bXu0lKKeEY97htrIN/s1600/4.jpg

Berikutnya adalah rumah panggung yang seluruhnya mempergunakan tiang buatan. Dibawahnya sering digunakan untuk menyimpan padi (paliku), ini bentuk pertama terjadinya lumbung.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqfGrw1rko6VeNAvSlvnmOTDj214YOM-oaEGxOsMXxOvdKNYuuODkGqvHPGvX1_P_n6-OyDoKl59Dg34s7wHJaWbgbNandu_VmMkxLMzjLVsUAr4H015osnxznv3f_elB9CvQhmrs-3qVH/s1600/5.jpg


Perkembangan ke-5 masih berupa rumah pangqung sederhana tetapi dengan tiang yang lain. Untuk keamanan hewan yang dikandangkan dikolong rumah itu. Tiang-tiang dibuat sedemikian rupa, sehingga cukup aman. Biasanya tiang itu tidak dipasang dalam posisi vertikal tetapi merupakan susunan batang yang disusun secara horisontal .
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig2muAXW8nwYegXZHUBuCX0fs92kIGkRikIT5EW9AEMUCB3p9gVLxQzxS8k5mKCjqu2PdprpVA1I5Gs_Vwq6UztpTIrSAeLqkpXrsKorP-0q93OwenEwX2Pf4UnSNCd7JZgST3vkhr43X9/s1600/perkembanagan+rumah+adat2.jpg

Lama sesudah itu terjadi perubahan yang banyak. Perubahan itu sudah meliputi atap, fungsi ruang dan bahan. Dalam periode ini tiang-tiang kembali dipasang vertikal tetapi dengan jumlah yang tertentu. Atap mulai memakai bambu dan bentuknya mulai berexpansi ke depan (menjorok). Tetapi garis teratas dari atap masih datar. Dinding yang dibuat dari papan mulai diukir begitu juga tiang penyangga. Bentuk ini dikenal dengan nama Banua Mellao Langi.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9N8q6BWJe6wUnOdJwr07QuTSi4WpocW8pLW1wtnrtfvamjSE1ZOLP4SI7cfnnXzFDw50OZtmTllWWPZxtsVH_xr81clNFBrFiGFk0OmvLeAm2WWvLMKLVSusCsXon62cdKC14A_aqsJHi/s1600/7.jpg

Berikutnya adalah rumah adat yang dinamakan Banua Bilolong Tedon. Perkembangan ini terdapat pada Lantai yang mengalami perobahan sesuai fungsinya.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicXWMYjLBVWJMxS8LJXslpFfNjDrMsVmbjlUkY9Hpj1q19ybKr_Soj6mHC5RVsqXKGgnFPr0b2EOba4BIikoHBF_0t0wkSN1dUaf0iomcJz8Nzik0dAFjKoRpURLLcHJzcaVDpIQbkFXCU/s1600/8.jpg

            Pada periode ini hanya terjadi perkembangan pada lantai dan tangga yang berada di bagian depan.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgE0MSOwXNS-gBVgchX9cA_9lf1ePAvpsgxzkWYPZj-8n-CnlKkuhqUkntzstKKhMMbCtbMPZzI4D1Mdilju99894hjz7NaMWyZxM-Y8diqJ2K9qImIDGUhxUdPW98ebH0Qxi7dk71hc8O/s1600/perkembanagan+rumah+adat3.jpg

·         Pada periode ini letak tangga pindah ke bawah serta perubahan permainan lantai
·         Banua Diposi merupakan nama yang dikenal untuk perkembangan kesembilan ini. Perubahan ini lebih untuk menyempurnakan fungsi lantai (ruang).
·         Berikutnya adalah perubahan lantai yang menjadi datar dan ruang hanya dibagi dua. Setelah periode ini perkembangan selanjutnya tidak lagi berdasarkan adat, tetapi lebih banyak karena persoalan kebutuhan akan ruang dan konstruksi. Begitu juga dalam penggunaan materi mulai dipakainya bahan produk mutakhir, seperti seng, sirap, paku, dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan yang terakhir merupakan puncak perkembangan dari rumah adat Toraja.


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2J7OoBv9Ewa2N7SfgtHO6ReBh7MVhiYj6oKkwVnc5SYWTE5NoupCoa4bU0mt2OdT1wPvSOk3qieXIjz7cwXWISc3PnSC1HSAKlHLPp1n6I_8WABKpWirF9piqH_HT9Q-csuixyyITK1iF/s400/toraja1.jpg

10.  SUMBER
Blue Fame. 2012. Menelisik Kebudayaan Suku Toraja, Sulawesi Selatan. http://iniunic.blogspot.com/2012/12/menelisik-kebudayaan-suku-toraja.html#ixzz2HYxq05FI